Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University mengadakan pelatihan Etika dalam Kehidupan Kampus dan Pengelolaan Sampah Berkelanjutan untuk Tenaga Kependidikan IPB University. Pelatihan ini dilaksanakan di Aula Transformasi SKHB IPB University (25/9).
Kegiatan kali ini juga di buka langsung oleh Dekan SKHB University drh. Amrozi, PhD. “Pelatihan kali ini bertujuan untuk pengembangan sumber daya manusia untuk seluruh tenaga kependidikan, mulai dari tenaga kebersihan, petugas keamanan, tenaga administrasi, hingga pranata laboratorium pendidikan. Karena, tenaga kependidikan merupakan lini terdepan yang mewakili wajah IPB University” jelas Amrozi.
Pelatihan ini merupakan kerjasama antara SKHB dengan Agrianita SKHB dan diikuti oleh 96 orang tenaga kependidikan yang berada di lingkungan SKHB serta perwakilan dari masing-masing fakultas/sekolah di lingkungan IPB University.
Pelatihan dibagi menjadi dua sesi, sesi pagi dan sesi siang. Pada sesi pagi menghadirkan Ir. Shahnaz Haque-Ramadhan yang membawakan materi Etika dan Capacity Building. Pada sesi siang menghadirkan Prof. Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc yang menyampaikan materi tentang Pengelolaan Sampah Berkelanjutan.
“Ketika kita ingin menamkan suatu kegiatan menjadi kebiasaan, maka ingatlah rumus 2190 bolong 2, yang maknanya lakukan selama 21 hari agar terbiasa, lalu ditambah 90 hari atau tiga bulan agar kebiasaan tertanam kuat, dan boleh tidak melakukannya tidak lebih dari dua hari. Maka kebiasaan itu akan tertanam kuat pada diri kita,” ujar Shahnaz mengawali materinya.
Lebih lanjut, Shahnaz memaparkan tentang mengenali 9 level emosi manusia, dimana 6 level merupakan emosi negatif dan 3 level merupakan emosi positif. Apatis, sedih, takut, rakus, marah, dan sombong merupakan bagian dari emosi negatif kita, sementara semangat, menerima, dan damai bagian dari emosi postif kita. “Kenali level emosi kita dan level emosi orang yang sedang kita hadapi. Kita harus bisa mengontrol perilaku dan ucapan agar kita bisa memberikan layanan prima,” imbuhnya.
Pada sesi siang, Arif menyampaikan bahwa pemilahan dan pengomposan merupakan bagian dari pengelolaan sampah yang berkelanjutan. “Sebanyak 50-70% sampah rumah tangga di Indonesia merupakan sampah dapur yang bisa dikomposkan. Sisanya, 20% merupakan sampah non organik yang bernilai ekonomi dan 20% non organik yang tidak bernilai ekonomi. Jika kita bisa mengelola sampah organik dengan pengomposan, serta sampah non organik bernilai ekonomi kita sedekahkan ke pemulung, maka yang perlu diangkut ke TPS akan berkurang banyak,” jelas Arif.
Lebih lanjut Arif menjelaskan pengomposan dibantu dengan magot atau larva BSF (black soldier fly). “Sampah yang dikomposkan dengan larva BSF akan tidak berbau, mempercepat proses pengomposan, serta hasil kompos berkualitas tinggi. Produk kompos dapat dijual, termasuk magot bisa dijual untuk sumber protein pakan ternak,” ungkap Arif.
Kegiatan diakhiri dengan kunjungan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cikabayan yang berada di lingkungan IPB University. Di lokasi ini, peserta dapat melihat langsung bagaimana IPB University memilah dan mengolah berbagai jenis sampah yang dihasilkan oleh warga IPB University. (AP)