Bogor, 7 Mei 2025 – Dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan dan respons terhadap ancaman penyakit Avian Influenza (AI), Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University dan mitra lintas sektor mengadakan Forum Group Discussion (FGD) bertema “Penguatan One Health dan Pembentukan KADERKU (Kader Kesehatan Unggas Berbasis Komunitas)” di Bogor.

Kegiatan ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan dari sektor kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. FGD dibuka oleh sambutan Dekan SKHB IPB, yaitu drh. Amrozi, Ph.D dan selanjutnya Wakil Rektor IPB Bidang Konektivitas Global, Kerjasama, dan Alumni yaitu Prof. Dr. Ir. Iskandar Zulkarnaen Siregar, M.For.Sc. Beliau menekankan pentingnya sinergi antara pengawasan, pembiayaan, dan keterlibatan masyarakat untuk keberhasilan proyek ini. Ia berharap kegiatan ini menghasilkan solusi implementatif bagi masyarakat.

Prof. drh. Srihadi Agungpriyono, Ph.D., PAVet(K) selaku Project Investigator (PI) memaparkan beberapa poin penting dalam Whole-of-Society Approach untuk Ketahanan Sistem Kesehatan dan Kesiapsiagaan Pandemi di Indonesia. Selanjutnyam Direktur Kesehatan Hewan, drh. Imron Suandy, MVPH menyampaikan urgensi kolaborasi lintas sektor mengingat AI clade 2.3.4.4b telah terdeteksi di Indonesia sejak 2022 dan terus menyebar hingga 2024.

FGD ini membahas rencana pembentukan KADERKU di pasar unggas dan Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) sebagai ujung tombak penerapan prinsip One Health. KADERKU akan menjalankan edukasi kesehatan, deteksi dini, pelaporan kasus, dan penerapan biosekuriti di pasar dan RPHU. Kader yang dipilih berasal dari komunitas lokal seperti pedagang, penyuluh, dan kader kesehatan lingkungan.

“Pembentukan KADERKU memerlukan pendekatan koordinatif dan kolaboratif yang kuat. Kader akan dilatih dan didampingi untuk menjadi penghubung antara pemerintah dan masyarakat dalam upaya pencegahan dan pengendalian AI,” ungkap drh. Rama P.S Fauzi,M.Si  selaku fasilitator sesi kedua FGD.

Selain membahas struktur dan tugas KADERKU, peserta FGD juga menyepakati perlunya sistem komunikasi efektif seperti grup WhatsApp, pelaporan berbasis komunitas, pelatihan berkelanjutan, serta evaluasi melalui pre-test dan post-test setiap kegiatan edukasi masyarakat.

FGD ini menjadi langkah konkret untuk memperkuat sistem ketahanan kesehatan masyarakat dan hewan melalui keterlibatan aktif komunitas di pasar unggas. Program ini direncanakan berjalan selama dua tahun dengan pendampingan dari IPB dan dinas terkait. (AP)