Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University menerima kunjungan asesmen lapangan oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) di Kampus Dramaga (15-16/8). Kegiatan ini dalam rangka evaluasi dan verifikasi dokumen akreditasi terhadap Program Studi (Prodi) Sarjana Sains Biomedis. Tim asesmen lapang LAM-PTKes terdiri dari dua asesor di antaranya Dr Dr. dr. Soegianto Ali, M.Med.Sc dan dr. Paramasari Dirgahayu, Ph.D.
Dalam sambutannya, Wakil Rektor IPB University bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan, Prof. drh. Deni Noviana, Ph.D, DAiCVIM menjelaskan latar belakang dibentuknya Prodi Sains Biomedis ini. Sebanyak 60 persen riset yang ada di SKHB IPB University adalah tentang biomedis. Pengembangan keilmuan biomedis juga ada di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) sehingga bisa mendukung dalam pendirian prodi ini.
“Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) kini bertransformasi menjadi SKHB. Kami memfasilitasi dari rumah besarnya dulu dan dikembangkan bagian sains biomedisnya. Mudah-mudahan bisa berjalan dengan lancar dan kami mendukung penuh pendirian prodi ini sebagai pengembangan penelitian biomedis ke depannya,” tutupnya.
Dekan SKHB IPB University, drh. Amrozi, Ph.D mengatakan, mandat dibentuknya SKHB yaitu menyelenggarakan pendidikan yang inovatif dan berbasis kompetensi untuk menghasilkan lulusan yang sigap menghadapi perkembangan teknologi. Dalam hal ini, keunggulan Prodi Sains Biomedis yang diusung adalah pengembangan biomedis melalui pendekatan one health.
“Penekanan konsep one health terdapat pada pengembangan hewan model, sediaan biofarmaka dari bahan baku alam tropika dan bahan biologis,” ucapnya. Asesor dari LAM-PTKes, Dr Paramasari Dirgahayu menuturkan, keunggulan sebuah prodi harus menjadi bagian dari profil lulusan dan visi program studi. Selain itu, muatan keunggulan yang dibebankan pada mata kuliah khusus, dapat pula disisipkan sebagai bahan kajian pada mata kuliah lainnya sehingga bobot satuan kredit semester (SKS) unggulan dapat dinilai secara lebih komprehensif.
“Keunggulan perlu lebih fokus dan menjadi nilai tambah lulusan di dunia kerja. Untuk itu perlu bobot SKS yang lebih besar dengan bahan kajian yang lebih spesifik dan memastikan ketercapaian kompetensi unggulan dalam kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM),” terangnya. (dr/Rz/AP)