Prof. Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University, menyampaikan bahwa penyakit Gumboro merupakan penyakit viral yang menimbulkan ancaman serius bagi industri perunggasan. Penyakit ini dikenal juga sebagai Infectious Bursal Disease (IBD) karena penyakit ini menyerang sel-sel limfoid, terutama pada organ Bursa Fabricius dan daun Peyer. Penyakit Gumboro disebabkan oleh virus IBD, yang memiliki daya tahan tinggi dan tidak mudah dimatikan oleh berbagai jenis desinfektan.

Gejala klinis dan patologis penyakit ini, menurut Prof. I Wayan, biasanya muncul pada ayam berusia 19-35 hari. Ayam yang berusia di bawah 19 hari biasanya mengalami infeksi secara subklinis. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan IBD adalah penyakit imun yang disebabkan oleh reaksi Hipersensitivitas Tipe III, yang juga dikenal sebagai “Arthus Reaction”.

Lebih lanjut, Guru Besar di bidang Imunologi Veteriner ini menjelaskan mekanisme penyakit ini. Virus IBD akan mengakibatkan pembentukan kompleks antigen-antibodi (Ag-Ab), yang jika tidak berhasil dimusnahkan (clearance) oleh makrofag, maka kompleks Ag-Ab ini akan terperangkap pada jalinan pembuluh darah arteriol penyusun glomeruli ginjal. Kompleks ini mengaktifkan sistem komplemen (C) secara bertahap, mulai dari C1, C2, C4, C3, hingga C789. Sel yang dilekati kompleks tersebut akan mengalami lisis (berlubang-lubang). Setiap tahap aktivasi komplemen memiliki aktivitas biologis masing-masing, seperti menarik sel-sel radang ke lokasi infeksi.

“Sebelum dikenal sebagai IBD, penyakit ini disebut ‘avian nephrosis’ karena mengakibatkan kerusakan pada ginjal ayam. Akibat kerusakan pada ginjal, ayam yang terinfeksi akan tampak lemah, mengalami dehidrasi, dan terdapat gumpalan asam urat pada feses atau pada bagian kloakanya,” jelas Prof. I Wayan.

IBD dapat diamati melalui tanda-tanda klinis dan peradangan. Infeksi akut IBD menunjukkan perdarahan dan peradangan pada bursa Fabricius, serta perdarahan pada otot kerangka seperti otot dada dan paha. Hal ini menegaskan betapa seriusnya dampak penyakit ini terhadap kesehatan ayam.

“Tindakan awal ketika ayam terserang penyakit Gumboro adalah memastikan agar ayam tetap mau makan,” saran Prof. I Wayan. Biasanya, diberikan sorbitol atau gula yang mudah diserap usus. Selain itu, desinfektan tertentu seperti chloramin atau chlordioksid dapat ditambahkan untuk irigasi ginjal yang diberikan lewat air minum (drinking water).

Prof. I Wayan menekankan pentingnya langkah pencegahan dan pengendalian yang ketat untuk melindungi ayam dari IBD. Meskipun virus ini sangat resisten terhadap desinfektan, pendekatan biosekuriti yang komprehensif dan vaksinasi yang efektif adalah kunci utama dalam mencegah penyebaran penyakit ini.

Penyakit Gumboro adalah ancaman nyata bagi industri unggas, terutama karena daya tahannya yang tinggi dan dampak serius pada sistem imun ayam. Penelitian dan pemahaman yang mendalam, seperti yang disampaikan oleh Prof. I Wayan, sangat penting untuk mengembangkan strategi pencegahan yang efektif. Pencegahan penyebaran penyakit ini secara tak langsung mendukung industri perunggasan dalam menjaga ketahanan pangan nasional sebagai penyedia sumber protein hewani.

Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, diharapkan penyebaran penyakit ini dapat ditekan, sehingga kesehatan dan produktivitas unggas yang berkelanjutan dapat terjaga dengan baik. (kms)

Narasumber: Prof. Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS. Keterangan foto: Ayam yang diinfeksi dengan virus IBD isolat lapangmenunjukkan gejala klinis lesu (kiri) dengan gejala patologi berupa perdarahan pada otot (kanan). Foto oleh: I Wayan Teguh Wibawan.

SDGs: SDG 2, SDG 3, dan SDG 12

Kata kunci: berkelanjutan, produktivitas, ketahan pangan, kesehatan