25 April 2013. Kelelawar memiliki peran penting dalam ekosistem yakni dalam proses penyerbukan (polinasi), pemencar biji-bijian, pupuk organik, serta pengendali serangga (pest control). Dikarenakan peranan tersebut, kelelawar juga memiliki potensi di dalam penyebaran berbagai agen penyebab penyakit zoonosis, baik melalui daging kelelawar yang dikonsumsi oleh manusia, melaui biji-bijian atau sisa makanan kelelawar, maupun melalui kotorannya. Demikian beberapa poin yang disampaikan pada “Training on Bat Ecology: Capture, Handling and Sampling) di Hanoi, Vietnam (16-17/4).

 

25 April 2013. Kelelawar memiliki peran penting dalam ekosistem yakni dalam proses penyerbukan (polinasi), pemencar biji-bijian, pupuk organik, serta pengendali serangga (pest control). Dikarenakan peranan tersebut, kelelawar juga memiliki potensi di dalam penyebaran berbagai agen penyebab penyakit zoonosis, baik melalui daging kelelawar yang dikonsumsi oleh manusia, melaui biji-bijian atau sisa makanan kelelawar, maupun melalui kotorannya. Demikian beberapa poin yang disampaikan pada “Training on Bat Ecology: Capture, Handling and Sampling) di Hanoi, Vietnam (16-17/4).

Training ini diikuti oleh 20 peserta dari tiga negara, yaitu Indonesia (IPB, UGM), Thailand (Mahidol Univ., Chiang Mai Univ.), serta Vietnam sebagai tuan rumah (Institute Ecological and Biological Resources, Wildlife Conservation Society). Training menghadirkan instruktur dari badan dunia FAO, yaitu Scott Newman, Boripat Sirioonrat, Natali Weber dan Vu dunh Thong. Dari IPB yang menjadi peserta training ialah Drh. Supratikno, M.Si, PAVet, dosen Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Kegiatan ini diselenggarakan oleh FAO bekerjasama dengan DAI Respond.

Peranan Kelelawar dalam Ekosistem

Terdapat banyak jenis kelelawar, mulai dari kelelawar pemakan buah, pemakan serangga, penghisap sari bunga (nectar), pemakan daging (karnivora misalnya tikus dll), sampai dengan jenis penghisap darah. Oleh karena beragamnya jenis kelelawar ini berikut beragam jenis pakan dan pola hidupnya, maka ada banyak pernanan kelelawar dalam ekosistem.

Beberapa peranan kelelawar ialah membantu penyerbukan berbagai jenis tumbuhan. Peranan ini ikut andil di dalam kelangsungan berbagai spesies tanaman, terutama di habitat liarnya. Selain itu, kelelawar jenis pemakan buah akan memakan buah dan membuang ampas berikut biji-biji buah tersebut, sehingga ia berperan memencarkan dan menyebarluaskan berbagai jenis tanamam berbuah ke daerah yang lebih luas. Kotoran kelelawar juga dapat berfungsi sebagai pupuk organik untuk peningkatan pertumbuhan tanaman.

Peran penting kelelawar lainnya, terutama jenis pemakan serangga ialah mengontrol populasi serangga di ekosistem. Kelelawar jenis ini  memiliki kemampuan memakan serangga sebanyak 50% dari bobot tubuhnya. Dengan kemampuan ini, maka serangga dalam jumlah besar dapat dikonsumsi oleh kelelawar sehingga jika terjadi ledakan jumlah serangga, maka keberadaan kelelawar di alam liar sangatlah dibutuhkan.

Peranan Kelelawar dalam Emerging dan Reemerging Diseases

Terdapat banyak agen penyakit zoonosis yang dapat ditularkan atau disebarkan melalui peran kelelawar, beberapa diantaranya nipah virus, hendra virus, igsa virus, rabies, serta ebola (masih diduga). Potensi penyebaran agen penyakit ini dikarenakan beberapa pola tingkah laku dari kelelawar, misalnya, melalui kotoron, menjilat nira yang disadap petani sehingga nira akan terkontaminasi, daging kelelawar yang dikonsumsi oleh sebagain orang, serta sisa-sisa makan kelelawar yang dimakan oleh hewan ternak lain (misal babi) yang kemudian ternak tersebut dikonsumsi oleh manusia.

Ancaman Habitat dan Penurunan Populasi

Saat ini banyak terjadi kerusakan habitat kelelawar, misalnya akibat penebangan hutan dimana pohon tempat kelelawar bergantung (tinggal) semakin berkurang. Akibatnya maka populasi kelelawar di habitat asli terus semakin menurun.

Peserta training dibekali keterampilan menggunakan telemetry dan GPS tracking untuk melacak dan mengetahui jelajah, tingkah laku dan penyebaran populasi kelelawar. Melalui pemantauan ini akan diketahui jika terjadi kejanggalan, misalnya terjadinya perpindahan populasi kelelawar, atau penumpukan populasi pada daerah tertentu, maka akan dapat diambil tindakan pengecekan terhadap apa yang sedang dan yang akan terjadi. Tindakan ini dapat sangat menolong sebagai tindakan preventif atau pencegahan, misal bila terjadi pengrusakan habitat/hutan, peningkatan populasi serangga, dll.

Teknik Handling dan Pengambilan Sampel

Untuk kepentingan penelitian, peserta training juga dibekali pengetahuan dan latihan keterampilan cara menangkap, handling serta cara pengambilan sampel. Jenis sampel yang umum dapat diambil dari kelelawar ialah sampel darah, tracheal swab, feses (tinja), anal swab, dan urin.

Beberapa teknik handling yang perlu diperhatikan diantaranya ialah pada saat pengambilan darah haruslah sangat berhati-hati. Pengambilan darah dilakukan di vena femoralis di sayap. Pengambilan darah di sayap dapat mencederai kelelawar sehingga ia tidak bisa terbang kembali. Oleh karena itu, kehati-hatian saat pengambilan darah penting agar kelelawar tetap hidup dan dapat dilepas kembali ke habitatnya.

Hal lain yang perlu diperhatikan ialah pada kelelawar jenis pemakan buah. Kelelawar pemakan buah yang telah diambil sampelnya haruslah terlebih dahulu diberi makan berupa buah-buahan sebelum dilepas. Hal ini dikarenakan kelelawar memiliki tingkat metabolisme yang tinggi, sehingga dibutuhkan energi yang segera dan siap pakai. Untuk itu pemberian pakan sebelum dilepas akan membantu kelelawar menyediakan energi siap pakai dan meningkatkan peluang hidup kelelawar jenis ini setelah dilepas kembali ke habitatnya.

Bagaimana Membedakan Jenis Kelelawar

FKH IPB sendiri saat ini telah memiliki penelitian tentang kelelawar. Dr. Drh. Chairun Nisa’, M.Si, PAVet telah melakukan penelitian tentang distribusi sel endokrin pada saluran pencernaan kelelawar pemakan serangga (dipublikasikan di Media Veteriner Vol 7 No 4, tahun 2000). Dr. Anis (demikian panggilannya) menjelaskan bahwa terdapat dua kelompok besar jenis kelelawar, yaitu kelompok megachiroptera (kelelawar besar) dan microchiroptera (kelelawar kecil). Termasuk kedalam megachiroptera ialah kelelawar pemakan buah, sedangkan microchiroptera contohnya ialah kelelawar pemakan serangga.

Perbedaan kedua jenis kelelawar ini ialah dari bentangan sayap dan bentuk muka (wajah). Kelelawar pemakan serangga selain tubuh lebih kecil, memiliki bentangan sayap sampai ke kaki dan ekor, serta memiliki bentuk muka yang pesek (seperti anjing bulldog). Sebaliknya kelelawar pemakan buah, selain memiliki tubuh yang lebih besar, bentangan sayap hanya sampai ke kaki (tidak sampai ke ekor), serta moncong yang panjang seperti serigala.

Perbedaan lain dari segi saluran pencernaan, menurut Dr. Anis, ialah pada bentuk lambung. Kelelawar pemakan buah, karena jenis pakan yang juicy (seperti jus buah) maka memiliki perluasan lambung yang disebut fundic caecum. Perluasan fundic caacum ini akan menampung jus buah makanan kelelawar pada saat kelelawar bergelantungan di pohon. Penelitian lebih lanjut juga menunjukkan perbedaan histomorfologi saluran pencernaan kedua jenis kelelawar ini. “Hasil penelitian masih dalam tahap proses publikasi,” jawab Dr. Anis tersenyum ketika ditanya apakah artikel tentang perbedaan jenis kelelawar sudah dipublikasikan di jurnal ilmiah. Semoga segera terbit dan informasinya dapat dimanfaatkan untuk ilmu pengetahuan dan kelestarian kelelawar. [Tikno/Anto]