Jumlah burung pemangsa di Indonesia menurun. Di antaranya karena beberapa faktor seperti fragmentasi habitat, perburuan liar, keracunan ikan serta kemampuan reproduksinya yang lambat.
 
Manager dari Taman Burung dan Museum Fauna Indonesia Komodo-Taman Reptilia Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Muhammad Piter Kombo (biasa dipanggil dokter kombo) mengatakan, tidak semua burung pemangsa di Indonesia dilindungi. Ia mencontohkan, salah satunya adalah manajemen burung hantu yang belum diatur dalam Undang-Undang.
 
“Rakyat Indonesia seperti petani, nelayan, pebisnis kopi kini lebih sadar akan peran penting burung pemangsa dalam rantai makanan dan kelangsungan ekosistem,” ungkap Kombo dalam kuliah umum “Birds of Prey: Treatment, Conservation, and Medicine,” yang digelar Cluster Wild Ornith Himpro Satwa Liar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University, Senin, 12 Juli 2021.

Pada kesempatan ini, peserta juga diperkenalkan dengan beberapa jenis burung pemangsa yang sering terlihat di pasar dan tepi jalanan.  Burung-burung yang dimaksud seperti burung hantu serak jawa dan burung hantu celepuk serta perbedaan fisik pada masing-masing burung untuk identifikasi.
 
Kombo juga menerangkan mengenai medik konservasi burung pemangsa. Berbeda dengan hewan lain, sayap burung dapat rusak dan lemas jika tidak di-handling dan di-restrain dengan baik.

Bagi burung pemangsa pula, diberikan penjelasan terhadap cakar dan paruh yang berbahaya bagi operator. Peserta mendapat wawasan mengenai anatomi khusus kaki burung pemangsa dan anatomi perbandingan sistem pencernaan burung-burung agar peserta dapat melihat korelasi perlakuan terhadap sistem biologis burung tersebut.
 
Materi dilanjut dengan pengenalan penyakit-penyakit yang sering dijumpai dalam burung pemangsa, yaitu constricted leg problem, fraktur tulang, bumblefoot, infestasi parasit dan penyakit viral.  “Transmisi virus ini khususnya jika pakan adalah asal unggas seperti puyuh atau ayam,” tuturnya.
 
Berbagai upaya dilakukan seperti upaya perlindungan habitat dengan monitoring, patroli, serta pengamatan titik sarang. Upaya rehabilitasi dilakukan oleh berbagai pusat konservasi di Indonesia dan akan terus dilakukan agar menyejahterakan burung raptor di Indonesia (CEU).

Sumber: https://www.medcom.id/pendidikan/riset-penelitian/yNLPv7gN-jumlah-burung-pemangsa-di-indonesia-menurun