Himpunan Minat dan Profesi (Himpro) Satwa Liar (Satli)  FKH IPB University mengadakan kuliah umum pada hari Sabtu, 21 Agustus 2021 secara onlime melalui zoom meeting. Tema pada kuliah umum ini adalah “Penggunaan Satwa Primata sebagai Hewan Labotarium” menghadirkan Drh. Fitriya Nur Annisa Dewi, Ph.D, Cert.LAM menjadi pemateri dan menjelaskan pentingnya manajemen pemeliharaan dan program kesehatan satwa primata di lembaga riset. Beliau merupakan peneliti di PSSP LPPM-IPB, wakil ketua ADHPHLI, dan staf pengajar di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University. Kegiatan ini dihadiri oleh peserta yang berasal dari berbagai universitas di Indonesia. 

Satwa primata digunakan dalam berbagai riset karena satwa ini memiliki kemiripan dengan manusia dalam hal genenetik, fisiologi, neuroanatomi, reproduksi, development, cognition, dan social complexity. 

“Salah satu genus primate yang digunakan sebagai hewan lab berasal dari genus Macaca. Beberapa spesies Macaca yang umum digunakan dalam penelitian dan uji yaitu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), monyet rhesus (Macaca mulatta), beruk (Macaca nemestrina), dan monyet jepang (Macaca fuscata),” ujar drh. Fitriya.

Beliau menjelaskan prinsip etik dalam penggunaan hewan coba yaitu Replacement, Reduction, dan Refinement atau yang sering dikenal dengan istilah 3R, juga pentingnya 5 freedoms of animal welfare yaitu hewan bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari cedera dan penyakit, bebas dari rasa takut dan cekaman, serta hewan bebas mengekspresikan diri.

Drh. Fitriya menambahkan  saat ini kera tidak lagi digunakan dalam riset biomedis. Salah satu kera yang dulu digunakan sebagai hewan coba adalah simpanse, namun saat ini sudah tidak digunakan lagi karena status konservasi.