Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University telah menyelenggarakan kegiatan pembekalan KKN-T pada 22/05. Kegiatan pembekalan ini menghadirkan dosen-dosen SKHB yang pakar di bidangnya. Adapun materi-materi pembekalan yang diberikan adalah materi-materi yang dibutuhkan dan relevan dengan kondisi di lapangan nantinya. Materi-materi tersebut meliputi Metode Survey dan Pengambilan Data di Lokasi KKN, Tanaman Obat dan Apotek Hidup, Hewan Kurban yang meliputi pemeriksaan antemortem, kesejahteraan hewan dan pemeriksaan postmortem, serta Edukasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Ruminansia pada Masyarakat.

Prof Ni Wayan Kurniani Karja, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, berpesan kepada mahasiswa yang akan KKN-T untuk selalu menjaga nama baik IPB khususnya SKHB, selalu bersikap ramah, menjaga sikap dan perilaku, dan belajar bagaimana berkomunikasi yang baik dan sopan. “Saling bekerjasama dan toleransi antar mahasiswa, karena satu kelompok akan terdiri dari mahasiswa dari berbagai fakultas. Selamat ber-KKN, semoga program-program yang akan dijalankan dapat berlangsung dengan baik.” Imbuhnya.

Prof Deni Noviana, Dekan SKHB, dalam sambutannya berpesan untuk memanfaatkan kegiatan KKN-T ini sebagai wahana pembelajaran dalam tiga hal, yakni melatih berinteraksi dengan masyarakat, melatih komunikasi, dan melatih sosiopreneurship. “Kegiatan pembekalan ini menjadi penting. Materi pembekalan sudah didesain membekali mahasiswa dengan topik-topik yang tren dan penting yang ada di masyarakat saat ini,” ungkap Prof Deni.

Materi pertama Dasar Metode Survey dan Pengambilan Data di Lokasi KKN-T disampaikan oleh Dr Etih Sudarnika dari Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Dr Etih menjelaskan tentang tiga hal, yaitu teknik pengambilan data, teknik desain kuesioner, dan teknik wawancara. “Ada banyak manfaat dari kegiatan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan bisa dimanfaatkan untuk menggambarkan suatu keadaan, membuat perencanaan, melakukan pengendalian, melakukan evaluasi, atau sebagai dasar untuk membuat keputusan atau pemecahan masalah,” jelasnya.

Materi kedua Pengenalan Tanaman Obat dan Apotek Hidup disampaikan oleh Dr Lina Noviyanti Sutardi, dosen Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi. Dr Lina menjelaskan tentang obat herbal, penggolongan obat bahan alam, jamu scientifik, dan tanaman obat keluarga. “Tanaman obat keluarga atau apotek hidup dapat menggunakan tanaman-tanaman yang mudah didapat. Tanaman juga bisa ditanam di lahan sempit seperti halaman rumah, dan pemanfaatannya bisa dilakukan secara bersama-sama oleh warga sekitar,” papar Dr Lina.

Materi ketiga Pemeriksaan Antemortem dan Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Penyembelihan Hewan Kurban disampaikan oleh Supratikno, MSi dari Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi. Supratikno, MSi menyampaikan bahwa terkait wabah penyakit mulut dan kuku yang sedang mewabah saat ini, maka tentu pemeriksaan antemortem ini menjadi sangat penting. “Pemeriksaan antemortem dilakukan 24 jam sebelum pemotongan. Pemeriksaan dapat dilakukan di kandang penampungan sementara, kandang jepit, bahkan ketika masih di dalam kendaraan pengangkutan. Hal ini bisa dilakukan guna mencegah memasukkan hewan sakit ke kelompok hewan yang sehat,” imbuhnya.

Selanjutnya, materi keempat Prinsip Pemeriksaan Postmortem Hewan Kurban disampaikan oleh Dr Vetnizah Juniantito, dosen Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi. Dr Tito menyampaikan,” Pemeriksaan postmortem untuk memeriksa kesehatan hewan melengkapi pemeriksaan antemortem. Pemeriksaan organ-organ tubuh untuk membantu ketika penyakit tidak terdeteksi secara klinis.” Dr Tito lalu menjelaskan bagaimana cara memeriksa organ-organ seperti paru-paru, ginjal, jantung, hati, limpa, saluran cerna dan organ lainnya.

Materi kelima, dan merupakan materi terakhir, Pengantar Penyakit Mulut dan Kuku disampaikan oleh Dr Denny Widaya Lukman dari Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. “Ada empat status daerah berdasarkan peraturan pemerintah, yaitu daerah wabah, tertular, terduga, dan bebas,” ucap Dr Denny mengawali materinya. Menurut data terbaru, saat ini status berbasis kepulauan, di mana pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan sudah termasuk daerah wabah dan tertular, sementara pulau Sulawesi ke arah timur masih tergolong bebas. Dr Denny secara lengkap mengupas virus penyebab, jenis hewan rentan, tingkat kesakitan, disinfektan, hingga proses inaktivasi virus PMK pada daging, susu serta produk olahannya.

“Virus PMK akan inaktif pada daging setelah proses pemanasan internal minimal 70 derajat celcius selama 30 menit. Selain itu, proses pelayuan yg menyebabkan penurunan pH<6, sterilisasi komersial seperti canning, penggaraman dan pengeringan pada daging dapat menginaktifkan virus ini. Pada susu, virus inaktif pada proses pasteurisasi, UHT, fermentasi seperti yogurt, pembuatan keju, karamel dan proses pengolahan lainnya,” jelasnya. (km)