Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis selenggarakan Webinar Series V ”Perkembangan Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Indonesia”, 16/6.  Kegiatan ini merupakan kolaborasi SKHB IPB University dengan PT Intervet Indonesia (MSD Animal Health) dan digelar secara hybrid di Ruang Klinik SKHB dan virtual zoom. Kegiatan ini dihadiri oleh Dekan dan Wakil Dekan bidang Sumberdaya, Kerjasama, dan Pengembangan SKHB IPB University, serta Direktur dan perwakilan dari PT Intervet Indonesia (MSD Animal Health).

Kegiatan Webinar menghadirkan tiga narasumber yaitu Dr. drh. Nuryani Zainuddin, M.Si (Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan), drh. Ni Made Ria Isriyanthi, Ph.D (Kepala Sub Pengawasan Obat Hewan Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan ), dan Dr. Griff Dalgleish (Executive Director Technical Affair, Asia Pacific & Sub-Sahara Africa). Webinar dimoderatori oleh Dr. drh. Okti Nadia Poetri, M.Sc, M.Si (Dosen SKHB IPB University). Kegiatan ini diikuti oleh 270 peserta yang berasal dari seluruh Indonesia.

Drh. Irfan Wahyu Wijaya selaku Direktur PT Intervet Indonesia (MSD Animal Health) dalam sambutannya menyampaikan bahwa MSD Animal Health berkomitmen untuk membantu pemerintah dan instansi terkait dalam penanganan PMK dan juga LSD. Melalui webinar ini Irfan berharap peserta bisa mengambil intisari dari informasi yang diberikan serta bertukar pikiran dan informasi terkait rencana yang bisa dilakukan ke depannya.

Dalam sesi pertama,  Dr. drh. Nuryani Zainuddin, M.Si menjelaskan tentang update kondisi penyakit LSD dan PMK di Indonesia. Penyakit LSD pada hewan mewabah di beberapa daerah di Sumatera, seperti Pekanbaru, dan Aceh. ”Saat ini cakupan vaksinasi LSD masih rendah, hanya sekitar 34% dari target vaksinasi 70% yang ditetapkan oleh WHO (World Health Organization). Pemerintah pusat dan daerah terus mengupayakan agar kegiatan vaksinasi terus berjalan sesuai dengan target yang ditetapkan,” ungkap Nuryani.

Nuryani juga menyampaikan bahwa wabah PMK sudah mencapai 107 ribu kasus yang tersebar di 18 provinsi seluruh Indonesia. ”Kami berencana mendatangkan  3 juta dosis vaksin PMK dari Perancis yang akan datang secara bertahap. Saat ini telah dilakukan vaksin pertama oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan di Sidoarjo, Jawa Timur sebagai pusat wabah. Kami akan melakukan kegiatan training of trainers (ToT) untuk vaksinator yang berada di beberapa provinsi kab/kota. Vaksinasi massal secara nasional merupakan salah satu tindakan dan upaya serius pemerintah dalam rangka pencegahan dan pengendalian PMK melalui pengebalan hewan yang rentan PMK,” jelasnya.

Dalam sesi selanjutnya, drh. Ni Made Ria Isriyanthi, Ph.D menjelaskan tentang penggunaan obat hewan dalam penanganan LSD dan PMK di Indonesia. Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan memerlukan pengaturan, penyediaan dan peredaran obat hewan, baik jumlah, keamanan, khasiat, maupun mutunya. ”Penyediaan dan peredaran obat hewan dilakukan melalui kegiatan produksi dalam negeri dan pemasukan dari luar negeri,” jelas Ni Made Ria.

”Penyediaan produksi vaksin PMK akan diproduksi oleh produsen lokal (Pusvetma). Vaksin PMK akan diproduksi menggunakan isolate virus PMK lapang,” tambah Dr. Ni Made Ria.

Terkait LSD, Ni Made Ria juga menyampaikan jenis vaksin yang paling efektif untuk LSD yaitu vaksin aktif/live attenuated strain homolog berdasarkan rekomendasi Komisi Obat Hewan dan Pejabat Otoritas Veteriner (POV) Nasional. Lebih lanjut ia menyampaikan peredaran vaksin secara komersial, maka produsen/importir obat hewan diharuskan untuk melakukan registrasi untuk mendapatkan nomor registrasi vaksin.

”Obat hewan suportif pada penanggulangan LSD dan PMK yaitu vitamin B-complex serta analgetik dan antipiretik untuk meredakan nyeri akibat radang sekaligus dapat mengatasi demam,” pungkasnya.

 Di sesi terakhir, Dr. Griff Dalgleish  menjelaskan tentang LSD dan PMK. LSD merupakan penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV). Virus ini umumnya menyerang pada hewan sapi dan kerbau. ”Penyakit LSD ini menyebabkan hewan mengalami penurunan berat badan karena hewan tidak nafsu makan, kehilangan produksi susu, kerusakan pada kulit, dan pembengkakan pada kelenjar pertahanan,” jelas Griff.

”Penularan penyakit LSD melalui beberapa jalur penularan, yaitu ditularkan oleh serangga penghisap darah seperti nyamuk dan lalat, kontak langsung antara hewan sakit dan hewan yang sehat, serta pakan dan air minum yang tercemar ludah hewan yang terinfeksi,” tambahnya.

PMK merupakan penyakit hewan menular yang menyerang ternak berkuku genap (belah), di antaranya sapi, kerbau, domba, kambing, rusa, dan unta. Penularan PMK dari hewan sakit ke hewan lain dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Penularan secara langsung terjadi karena adanya kontak langsung dengan hewan sakit. Penularan secara tidak langsung terjadi karena kontak dengan bahan atau alat yang terkontaminasi virus PMK,” pungkas Griff.  (ns)