Dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University, Dr drh Muhammad Agil, MSc.Agr. memaparkan langkah-langkah konservasi Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Menurutnya, upaya konservasi ini perlu dilakukan karena saat ini populasi badak bercula satu diperkirakan tidak lebih dari 100 ekor yang tersebar di Aceh dan Lampung.  

Langkah konservasi yang dapat dilakukan adalah melalui penerapan teknologi bio-bank (cryo-preservation). Menurutnya, bio-bank dapat membantu menjaga ketersediaan plasma nutfah. Dengan demikian, usaha penyelamatan satwa langka yang hampir punah dapat dilakukan.

Beliau mengatakan Sejak 2019, Bio-bank sudah mulai diterapkan di Indonesia sebagai pelaksanaan mandat dari Rencana Aksi Darurat (RAD) yang diterbitkan oleh Pemerintah.

“Sulitnya proses konservasi badak Sumatera di alam  disebabkan oleh populasinya yang tersebar dalam kantung-kantung kecil di berbagai wilayah yang terisolasi. Hal ini menyebabkan badak jantan dan betina sulit bertemu dan melakukan perkawinan karena jumlahnya yang terlalu sedikit sedangkan habitatnya terlalu luas (Allee effect),” Tambah Dr Agil. 

Dr Agil juga menjelaskan Pengembangbiakan di lingkungan ex situ (captive) tanpa adanya rekayasa teknologi hanya mampu menghasilkan lima badak dalam tempo 40 tahun di seluruh dunia. Sedangkan di Indonesia kondisi badak diperparah dengan adanya masalah kesehatan

Oleh karena itu, perlu dilakukan program pencarian dan penyelamatan badak pada populasi yang terisolasi dan tidak viable untuk dipindahkan ke fasilitas pengembangbiakan. Dr Agil menyebut, program pencarian dan penyelamatan harus sesegera mungkin dilakukan sebelum satwa mengalami kepunahan. 

“Di dalam pusat pengembangbiakan materi genetik dikumpulkan untuk memastikan keragaman genetik dari badak atau heterozygositas. Langkah tersebut harus dilakukan agar tidak terjadi perkawinan antar kerabat yang dapat menyebabkan kecacatan,” tambah Dr Agil, pakar Teknologi Reproduksi Berbantu, IPB University. 

Dr Agil juga menjelaskan, bahan genetik dikumpulkan dalam bentuk embrio, semen beku, serta induced-pluripotent stem cell. Ketiga bahan tersebut dapat menjadi cadangan untuk menghasilkan individu badak baru. Prosedur ini juga telah disebutkan dalam dokumen Bio-bank Badak Sumatera tahun 2021-2026 yang disusun oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

“Meski begitu, faktor etika tentu harus tetap diperhatikan. Materi genetik tidak bisa serta merta dikumpulkan, dimanipulasi, lalu dikembangbiakkan hingga menimbulkan ketidakseimbangan di alam. Keanekaragaman genetik harus dijaga agar populasi badak yang sehat dapat terus berlanjut,” pungkasnya.

Source: https://ipb.ac.id/news/index/2021/09/dr-drh-muhammad-agil-teknologi-bio-bank-penting-untuk-konservasi-badak/9d4c2a17b71bb25e574b9739415d346b